Dulu, aku pernah
sebel sama segala sesuatu yang berhubungan dengan ke-SO-an mahasiswa. Pokoknya,
sebel banget deh sama mahasiswa yang Study
Oriented banget. Di dalam pikiranku saat itu, mereka adalah orang-orang
yang kerjaannya hanya memikirkan diri sendiri, apatis terhadap lingkungan
sekitar dan realita yang ada di bangsanya, sombong, tempat nongkrongnya di lab doang, yang dikejarnya cuma IP dan
status mahasiswa berprestasi, bisanya cuma mempelajari sesuatu tapi nggak bisa
berorganisasi, atau mungkin juga mereka itu memang orangnya aneh-aneh. Kurang
lebih seperti itulah pemikiranku dulu tentang mereka. Waktu itu aku berpikir,
buat apa kuliah kalau cuma dapet belajar doang? Yang ada malah nanti bisanya
jadi bawahan doang kalau gitu! Coba kalau pandai berorganisasi, pasti kan nanti
berbakat tuh jadi atasan dan memimpin perusahaan!
Mungkin
sekilas memang ada benernya juga, tapi setelah dipikir-pikir, ternyata nggak
gitu juga…
***
Sekarang
pertanyaannya satu doang dan simple, “Passion kamu ke mana? Lebih ke manajerisasi
atau akademisi?” Sip. Sudah, tinggal jawab satu pertanyaan itu saja, dan kamu
pun akan tahu mana yang lebih sesuai untuk masa depanmu, apakah itu Study Oriented ataupun Organization Oriented. Semuanya terserah
padamu, wahai mahasiswa yang merdeka!
Di paragraf ini,
izinkan aku sebagai penulis ikut menjawab pertanyaan di atas. Maaf kalau
sebelumnya terkesan subjektif, aku yang menulis di sini hanya ingin berbagi
tentang passion-ku, tanpa sama sekali
merendahkan opsi yang satunya. Kalau aku pribadi, aku lebih menggemari
pengorganisasian dan kemanajerialannya daripada
ke akademiknya. Kegemaran tersebut didukung oleh sifat dasarku yang
melankolis-sanguinis, yang di samping aku senang merencanakan, mengatur, dan me-manage, aku pun gemar bersiasat dan
berstrategi untuk berjaga-jaga menghadapi situasi lapangan yang dinamis. Kalau
memang aku lebih bisa sukses dalam kemanajerialan, why not? Daripada menjadi akademisi, terjun di bidang manajerial
buat aku asyik banget dan lebih besar peluangnya untuk menjadi kaya, atau
mungkin sangat kaya, hahaha Aamiiiinnnn…!
Secara
garis besar, perbedaan dari akademisi dan manajerial itu terletak pada goal akhir, ingin menjadi apa dia pada
akhirnya. Mahasiswa yang Study Oriented
adalah mereka-mereka yang memang bukan sekadar ingin mempelajari suatu disiplin
ilmu, tetapi menguasai disiplin ilmu tersebut. Mereka biasanya memang
menginginkan kuliah sampai professor,
menjadi dosen, menjadi ilmuwan, menjadi peraih nobel, menciptakan rumus-rumus
baru, dan mimpi-mimpi lainnya yang berhubungan dengan kemurnian akademis. Berbeda
halnya dengan mereka yang final goal-nya
di bidang manajerial. Mereka mungkin adalah mahasiswa-mahasiswa ilmu atau
teknik tertentu, tetapi mereka memang tidak berniat untuk menggelutinya secara
dalam. Kita ambil contoh, misal mereka adalah mahasiswa teknik. Mereka mungkin
memilih teknik tersebut sebagai modal dasar pengetahuan dan pola pikir mereka
tentang apa dan bagaimana teknologi tersebut, bagaimana caranya agar
menciptakan sesuatu yang baru namun ramah lingkungan, bagaimana perhitungan
rugi-labanya bila dikaitkan dengan jumlah pekerja dan waktu produksi, dsb.
Mereka senang memikirkan semua itu, dan kebanyakan dari mereka biasanya memang
memiliki tujuan untuk menjadi pengusaha atau setidaknya CEO, manajer,
konsultan, dll. Makanya, selain kuliah mereka pun sangat aktif dan senang
berorganisasi. Atau mungkin, mereka itu sejak zaman SMP-SMA-nya sudah jadi
manusia Organization Oriented!
***
Yang ngaku OO jangan
menjelek-jelekkan yang SO dan begitu pula sebaliknya. Aku pun jadi sadar kenapa
aku nggak boleh berpikiran buruk tentang mahasiswa SO. Begini, ayo kita kembali
lagi ke quote klasik, “Perbedaan diciptakan untuk saling
melengkapi…” Dari quote tersebut,
kugali kajianku tentang potensi perbedaan si SO dan si OO. Lalu hidayah pun
datang ke dalam pikiranku. Aku berpikir, “Lho,
ternyata kita memang sangat membutuhkan si mahasiswa-mahasiswa SO tersebut.
Kalau nggak ada mereka, nggak ada yang namanya rumus, nggak ada yang namanya
alat-alat canggih yang mereka ciptakan untuk kemajuan teknologi, nggak ada yang
mau mengabdi jadi dosen, dll deh… Dan kalau di Indonesia nggak ada yang maniak
di akademisi, gimana Indonesia mau maju? Siapa orang Indonesia yang mau
menggeluti satu disiplin ilmu tertentu sampai ke akar-akarnya sampai dia jadi
penemu sesuatu yang amazing?”
Nah, itu dia. Mereka
yang akademisi memaksimalkan otaknya untuk berpikir, dan mereka yang
manajerisasi pun demikian, hanya yang dipikirkannya itu berbeda. Keduanya
sama-sama baik dan harus saling bekerja sama.
Poin penting lainnya,
jangan sampai mereka yang memang nggak bakat dan nggak minat di akademisi
maksain buat jadi akademisi, dan sebaliknya, mereka yang memang nggak minat dan
nggak bakat di manajerial, buat apa maksain di bidang itu, lebih baik SO saja
dan menyumbangkan kehormatan prestasi keilmuan tertinggi untuk bangsa ini!
Kalahkan prestasi Pak Habibie dan cetaklah Habibie-Habibie baru di atas tanah
republik ini! Why not?
No comments:
Post a Comment