Rata-rata memang
cowok itu ingin sukses dulu lah, selesai kuliah sampai S3 atau mungkin professor
lah, ingin membahagiakan orang tua dulu lah, dll. Berangkat dari kenyataan
tersebut, aku pun terdorong untuk mencari-cari argumen yang bervariasi dari para
cowok. Akhirnya, suatu hari aku pun iseng mengadakan survey asal-asalan pada
sahabat-sahabat cowok di sekitarku. Surveynya berupa ngobrol-ngobrol aja sih.
Dan aku pun terkesima pada jawaban milik salah satu dari mereka. Sebut saja dia
Mr. X.
Aku langsung
menanyakan pertanyaan pertama,
Aku : “Mau nikah umur berapa?”
Mr. X : “Berapa aja, asalkan udah mandiri dari orang
tua.”
Wow, ternyata dia
berani juga! Salut deh sama jawabannya! Ternyata bagi si Mr. X, umur bukanlah
perkara. Kalau umur 22 dia sudah mapan, ya dia mau-mau saja menikah kalau dia
menginginkannya.
Berangkat dari
kenyataan bahwa rata-rata cowok melihat kesan pertama seorang cewek adalah
melalui fisiknya, aku pun melanjutkan pada pertanyaan kedua,
Aku : “Tipe cewek yang disukain yang kayak
gimana?”
Mr. X : “Intinya yang penting sifatnya yang
baik-baik, kalo cantik fisik itu nggak wajib, itu sih poin plus-plus. Kalau
cowok ngeliat cewek dari fisiknya, itu sih udah kodrat. Maksudnya, misal aku
lagi jalan-jalan ke BEC terus di depan aku ada cewek cantik pake rok mini.
Mungkin aku bakal tertarik di awal doang, sekilas, tapi bukan berarti suka. Aku
kan nggak tau si cewek itu hatinya kayak gimana. Yang penting itu cantik
hatinya. Makanya tau sendiri, kan, kenapa aurat harus ditutupin? Untuk tau dia
aslinya baik atau enggak, ya kita sebagai cowok harus berinteraksi…”
Okeeeee… jawaban si
Mr. X ternyata membuat aku kehabisan kata-kata untuk menanggapinya.
Berlatar
belakang kekhawatiran setiap wanita manapun di dunia ini akan alam rahim yang
begitu misterius, kulanjutkan pada pertanyaan terakhir yang paling penting,
Aku : “Kalau kamu udah sayang dan yakin buat
menikahi seorang cewek, terus ceritanya udah nikah nih, eh ternyata setelah
menikah ‘fisik dia’ tidak seperti yang kamu harapkan. Pertanyaannya, pertama,
apa yang akan kamu lakukan? Setia dan menerima dia apa adanya atau kecewa dan
pergi? Kedua, lebih parahnya lagi, ternyata dia nggak bisa punya anak, nah, apa
yang akan kamu lakukan?”
Mr. X : “Lho, kan pasti ada alasannya kenapa bisa
nikah. Kayaknya nggak mungkin segampang itu ninggalin kalau udah nikah. Nikah
kan karena udah sayang. Kalau nggak setia, berarti nggak sayang dong? Jadi
nggak usah lah yang namanya poligami sama yang lebih cantik. Dan kalau masalah
nggak bisa punya anak, itu juga nggak terlalu masalah buat aku. Memangnya nikah
itu tujuannya biar punya anak doang? Enggak, kan? Nikah itu buat saling
menyayangi dan buat bahagia. Lagian kalau emang pengen banget punya anak, ya
adopsi aja...”
Syuuurrrr… berasa ada
angin slow motion lewat (haha
lebay!). Oke, aku terdiam speechless.
Saat aku menceritakannya pada salah satu sahabat cewekku, sebagai cewek dia pun
sama speechless-nya kayak aku, dan
dia berpikir untuk mengadakan survey kecil-kecilan seperti itu juga.
Nah,
yang kayak gitu tuh yang namanya pria. Ya, pria, beda dengan cowok. Pria itu
selalu bertanggung jawab dan bijaksana menghadapi apapun walau sesulit apapun
itu.
No comments:
Post a Comment