Thursday 27 December 2012

Paper’s House



Aku sangat suka membereskan sesuatu. Beres-beres kamar, beres-beres rumah, beres-beres masalah hidup (haha…), apapun itu diberesin. Yaa mungkin turunan ibu aku kali ya, nggak bisa yang namanya konsentrasi di tengah-tengah ‘polusi penglihatan’. Hingga suatu hari masalah yang sama pun muncul, “Bingung ngeberesin kertas-kertas bekas dan buku tulis bekas…” Latar belakang lingkungan yang semerawut pun semakin mendorongku untuk berbuat sesuatu. Lingkungan yang kenyataannya semakin rusak hanya akan semakin rusak pula bila manusianya cuek semua. Lalu aku pun pergi ke dapur. Di sana aku melihat ada dus bekas air mineral. Daaannn… jeng-jeng… sebuah ilham pun turun memasuki relung-relung otak. Saatnya beraksi!!!

***

Kubentuk dus bekas air mineral itu sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk rumah-rumahan. Sederhana sih, tapi yang penting, begitu orang melihatnya, maka mereka akan berpikir bahwa itu adalah sebuah rumah. Dengan cutter, kubentuk tutup dus (yang memanjang) menjadi seperti trapesium yang menegaskan bentuk atap. Lalu, dari  sisa-sisa potongan dus, akupun membuat tiang penyangga belakang atap agar ‘atap rumah’ menjadi mantap. Kurekatkan tiang penyangga itu menggunakan lem bakar. Begitu pula halnya dengan bentuk jendela pada sisi kanan dan kirinya (dari tutup dus yang pendek). Jendela-jendela pun diberi penyangga belakang agar hasilnya maksimal. Finishing untuk eksteriornya adalah dengan menggambarkan bentuk-bentuk jendela dan garis atap dengan menggunakan spidol hitam permanen. Ditambah lagi dengan tulisan ‘Paper’s House’ pada atapnya. Daaannnn... selesai sudah untuk eksteriornya.

Interiornya adalah berupa dua buah duplek tebal bekas yang direkatkan ke dalam ‘rumah’ hingga menyerupai ‘laci dua lantai’. Duplek untuk ‘lantai atas’ yang diletakkan di tengah-tengah ‘rumah’ cukup memakan waktu untuk perekatannya, karena ia harus kuat menahan kertas-kertas yang banyak nantinya. Duplek pun berkali-kali dimantapkan dengan lem kayu dan lem bakar. Setelah semua interior beres, diberilah tulisan, “Ground Floor: both-sides-used paper” pada lantai bawah dan, “First Floor: one-side-used paper” pada lantai atas. Kurang lebih, beginilah foto jadinya…




Rencananya sih ‘tembok-tembok’ luarnya mau dicat warna-warni biar makin menarik, tapi karena belum beli catnya terpaksa kubiarkan dulu. Hehe, tampak sederhana, bukan? Ya, ‘Paper’s House’ bukanlah suatu karya yang mewah dan tidak memiliki nilai jual. ‘Rumah Kertas’ tersebut aku ciptakan minimal untuk konsumsiku sendiri dalam memilah kertas-kertas bekas yang beredar di antara keluarga kecilku di rumah. Sejak saat itu, setiap kali ada kertas bekas yang baru digunakan pada satu sisinya, langsung kumasukkan ke ‘First Floor’. Kertas-kertas tersebut sangat berguna untuk kebutuhan mengeprint sesuatu yang tidak memedulikan halaman belakangnya, untuk mengetes printer, untuk sekadar corat-coret, untuk dibuat buku catatan, atau mungkin untuk media menggambar para sepupu yang masih kecil. Sedangkan, setiap kali ada kertas bekas yang telah digunakan kedua sisinya, langsung kumasukkan ke ‘Ground Floor’. Kertas-kertas tersebut rencananya akan didaur ulang (hal ini akan dibahas di lain artikel) sehingga setiap kertas yang ada tidak akan menjadi sampah karena semua kertas memiliki siklusnya tersendiri.

Cara sederhana yang amat bermanfaat, bukan? Kalau semua orang senang memberikan satu aksi kecil untuk lingkungan, dampaknya akan menjadi besar lhooo…! Yuk, Kawan, dicoba J


Antara Si Mahasiswa SO dan Si Mahasiswa OO



Dulu, aku pernah sebel sama segala sesuatu yang berhubungan dengan ke-SO-an mahasiswa. Pokoknya, sebel banget deh sama mahasiswa yang Study Oriented banget. Di dalam pikiranku saat itu, mereka adalah orang-orang yang kerjaannya hanya memikirkan diri sendiri, apatis terhadap lingkungan sekitar dan realita yang ada di bangsanya, sombong, tempat nongkrongnya di lab doang, yang dikejarnya cuma IP dan status mahasiswa berprestasi, bisanya cuma mempelajari sesuatu tapi nggak bisa berorganisasi, atau mungkin juga mereka itu memang orangnya aneh-aneh. Kurang lebih seperti itulah pemikiranku dulu tentang mereka. Waktu itu aku berpikir, buat apa kuliah kalau cuma dapet belajar doang? Yang ada malah nanti bisanya jadi bawahan doang kalau gitu! Coba kalau pandai berorganisasi, pasti kan nanti berbakat tuh jadi atasan dan memimpin perusahaan!

Mungkin sekilas memang ada benernya juga, tapi setelah dipikir-pikir, ternyata nggak gitu juga…

***

Sekarang pertanyaannya satu doang dan simple, “Passion kamu ke mana? Lebih ke manajerisasi atau akademisi?” Sip. Sudah, tinggal jawab satu pertanyaan itu saja, dan kamu pun akan tahu mana yang lebih sesuai untuk masa depanmu, apakah itu Study Oriented ataupun Organization Oriented. Semuanya terserah padamu, wahai mahasiswa yang merdeka!

Di paragraf ini, izinkan aku sebagai penulis ikut menjawab pertanyaan di atas. Maaf kalau sebelumnya terkesan subjektif, aku yang menulis di sini hanya ingin berbagi tentang passion-ku, tanpa sama sekali merendahkan opsi yang satunya. Kalau aku pribadi, aku lebih menggemari pengorganisasian dan kemanajerialannya daripada  ke akademiknya. Kegemaran tersebut didukung oleh sifat dasarku yang melankolis-sanguinis, yang di samping aku senang merencanakan, mengatur, dan me-manage, aku pun gemar bersiasat dan berstrategi untuk berjaga-jaga menghadapi situasi lapangan yang dinamis. Kalau memang aku lebih bisa sukses dalam kemanajerialan, why not? Daripada menjadi akademisi, terjun di bidang manajerial buat aku asyik banget dan lebih besar peluangnya untuk menjadi kaya, atau mungkin sangat kaya, hahaha Aamiiiinnnn…!

Secara garis besar, perbedaan dari akademisi dan manajerial itu terletak pada goal akhir, ingin menjadi apa dia pada akhirnya. Mahasiswa yang Study Oriented adalah mereka-mereka yang memang bukan sekadar ingin mempelajari suatu disiplin ilmu, tetapi menguasai disiplin ilmu tersebut. Mereka biasanya memang menginginkan kuliah sampai professor, menjadi dosen, menjadi ilmuwan, menjadi peraih nobel, menciptakan rumus-rumus baru, dan mimpi-mimpi lainnya yang berhubungan dengan kemurnian akademis. Berbeda halnya dengan mereka yang final goal-nya di bidang manajerial. Mereka mungkin adalah mahasiswa-mahasiswa ilmu atau teknik tertentu, tetapi mereka memang tidak berniat untuk menggelutinya secara dalam. Kita ambil contoh, misal mereka adalah mahasiswa teknik. Mereka mungkin memilih teknik tersebut sebagai modal dasar pengetahuan dan pola pikir mereka tentang apa dan bagaimana teknologi tersebut, bagaimana caranya agar menciptakan sesuatu yang baru namun ramah lingkungan, bagaimana perhitungan rugi-labanya bila dikaitkan dengan jumlah pekerja dan waktu produksi, dsb. Mereka senang memikirkan semua itu, dan kebanyakan dari mereka biasanya memang memiliki tujuan untuk menjadi pengusaha atau setidaknya CEO, manajer, konsultan, dll. Makanya, selain kuliah mereka pun sangat aktif dan senang berorganisasi. Atau mungkin, mereka itu sejak zaman SMP-SMA-nya sudah jadi manusia Organization Oriented!

***

Yang ngaku OO jangan menjelek-jelekkan yang SO dan begitu pula sebaliknya. Aku pun jadi sadar kenapa aku nggak boleh berpikiran buruk tentang mahasiswa SO. Begini, ayo kita kembali lagi ke quote klasik, “Perbedaan diciptakan untuk saling melengkapi…” Dari quote tersebut, kugali kajianku tentang potensi perbedaan si SO dan si OO. Lalu hidayah pun datang ke dalam pikiranku. Aku berpikir, “Lho, ternyata kita memang sangat membutuhkan si mahasiswa-mahasiswa SO tersebut. Kalau nggak ada mereka, nggak ada yang namanya rumus, nggak ada yang namanya alat-alat canggih yang mereka ciptakan untuk kemajuan teknologi, nggak ada yang mau mengabdi jadi dosen, dll deh… Dan kalau di Indonesia nggak ada yang maniak di akademisi, gimana Indonesia mau maju? Siapa orang Indonesia yang mau menggeluti satu disiplin ilmu tertentu sampai ke akar-akarnya sampai dia jadi penemu sesuatu yang amazing?”

Nah, itu dia. Mereka yang akademisi memaksimalkan otaknya untuk berpikir, dan mereka yang manajerisasi pun demikian, hanya yang dipikirkannya itu berbeda. Keduanya sama-sama baik dan harus saling bekerja sama.

Poin penting lainnya, jangan sampai mereka yang memang nggak bakat dan nggak minat di akademisi maksain buat jadi akademisi, dan sebaliknya, mereka yang memang nggak minat dan nggak bakat di manajerial, buat apa maksain di bidang itu, lebih baik SO saja dan menyumbangkan kehormatan prestasi keilmuan tertinggi untuk bangsa ini! Kalahkan prestasi Pak Habibie dan cetaklah Habibie-Habibie baru di atas tanah republik ini! Why not?

Pengaruh Kadar Sosialisasi terhadap Tingkat Stress Seseorang



Jadwal kuliah lagi padat-padatnya. Ujian Tengah Semester atau Akhir Semester pun tinggal menghitung hari. Parahnya, bapak-ibu dosen bukannya menyetop tugas, tetapi malah lebih sadis memberikannya. Mungkin akal-akalan buat nilai tambahan kali ya, biar nggak usah diremed (hahahaa diremed? emangnya SMA!). Belum lagi, di tengah hectic-nya suasanya, sang makhluk bernama praktikum pun tetap jalan dan sang jurnal pun tetap minta dikerjakan. Akhirnya, para mahasiswa pun mengutuk apa saja yang terlintas di pikirannya, “Ah cape…” ; “Aduh bete…” ; “Please deh stress bangetttttt…” ; “Aaaaaaaaa…” ; dan lain-lain deh pokoknya. Tapi ujung-ujungnya, selesai jugalah si semester itu dengan penuh perjuangan dan bela-belain belajar bareng teman-teman.

Tak lama kemudian, IP keluar. Yang IP-nya bagus hatinya berbunga-bunga, dan yang IP-nya jelek pun langsung move on memaksakan bahagia karena tidak mau bersedih buang-buang waktu liburan (hahahaaa ini nulis artikel atau empiris, sih?). Akhirnya, liburan yang amat dipuja dan ditunggu-tunggu itu datang juga!

***

Katanya sih liburan. Harusnya sih liburan itu bahagia. Tapi kok ini malah terkapar tak berdaya di tempat tidur? Please deh, makanya kalau udah tahu single, jangan coba-coba menghabiskan waktu liburan dengan berdiam diri di kamar, karena nanti malah terbuang sia-sia liburannya. Kecuali, kalau Kau memang orangnya disiplin, bisa jaga komitmen, dan selalu siap action menjalankan semua proyek liburan produktifmu walau sendirian dan walau di kamar sekalipun.

Namun, tetap saja sebenarnya berdua itu lebih baik daripada sendiri. Bertiga pun lebih baik daripada berdua. Demikianlah seterusnya… Yang ingin ditekankan di sini adalah, pada dasarnya ada waktu-waktu tertentu yang memang kita butuh  untuk sendirian, namun di sisi lain, banyak pula waktu sendirian tersebut yang tidak tepat guna, yang seharusnya lebih efektif bila bersama-sama.

Aku nggak ngerti sama orang yang suka nggak ada kerjaan pas lagi liburan, terus orang itu malah diam di rumah. Masih bagus kalau di rumahnya main bareng adik, bantuin ibunya ngurus rumah, atau bantuin bapaknya. Ini malah kerjaannya di kamar melulu. Main game lah, main HP, tiduran nggak jelas, atau keluar kamar pun paling cuma ngambil makan. Aku yakin dalam keadaan kayak gitu, sebahagia apapun orang itu pasti sebenarnya jenuh dan stress juga.

Aku pernah baca sesuatu, katanya, “Semakin lama seseorang berada di dalam kesendirian, maka semakin tinggi pulalah tingkat stress yang melandanya.” Kalau dipikir-pikir memang bener sih. Kalau aku pribadi, setiap liburan pasti ujung-ujungnya sibuk juga, selalu aja ada yang harus dikerjain. Ya bagus deh daripada nggak jelas gitu. Nah, tapi, walaupun misalnya produktif pun, di saat proyek yang dikerjakannya itu dikerjakan sendiri dan waktunya lama, hati ini pun menjadi kesepian (hehee…). Beda kalau misalnya proyek liburannya itu acara kampus yang melibatkan orang banyak yang akhirnya tanpa disadari sosialisasi pun secara natural akan berlangsung. Biasanya, tingkat stress pun akan menurun. Yeayyyy… ini baru namanya liburan! Sendirian saja bisa produktif, apalagi dengan orang-orang! Liburan memang harus produktif, tetapi lebih dari itu, liburan harus membahagiakan. Makanya suka heran sama yang betah jadi anak kamar selama liburan. Kalau liburannya tiga bulan, berarti anti-sosial selama tiga bulan juga dong? Gila stress banget tuh…

Event liburan tadi adalah satu contoh saja, contoh lainnya pasti banyak banget. Di saat di rumah ditinggal sendirian sementara di luar sedang hujan bercampur petir, listrik padam, udah mau nangis aja, kemudian ayah dan ibu pun pulang, tingkat stress pun berubah menjadi kehangatan keluarga. Di saat kuliah begitu padat dan tiba-tiba ada teman lama yang mengajak hang out dan ketawa-ketawa sebentar, tingkat stress pun turun drastis dan menyalakan api semangat baru. Di saat besok ada ujian Kalkulus dan ternyata si dia nyemangatin kita, tingkat stress pun menjelma menjadi bola-bola cinta. Hehehe… beda kan, orang yang bahagia dan nggak bahagia? Mau sendirian? It’s okay… setiap orang tentu butuh saat-saat untuk menyendiri, tapi kalau sendiriannya lama-lama, nggak yakin bisa bahagia.


OSKM ITB 2012 (Part IV): Esensi Ikutan Jadi Panitia OSKM



Well, sebelum dimulai, numpang narsis dulu yaa… aku mau share oleh-oleh foto OSKM yang dijepret langsung sama anak-anak LFM saat Open House Unit (OHU) ITB 2012. Inilah aku, Caesar (sayang banget Lia nggak bisa ikut…), dan maba-maba kelompok 68 tercinta…






Yap! Dari sejak awal ikutan OSKM sampai selesai, banyak banget pengalaman dan pelajaran berharga yang kami dapatkan. Bayangkan saja, dari diklat terpusat sampai hari-H OSKM memakan waktu sampai dua bulan lamanya. Selama dua bulan itu, kami benar-benar merasa menjadi mahasiswa seutuhnya. Semakin hari, kami pun menjadi semakin mengerti apa itu mahasiswa, bagaimana sebenarnya seluk-beluk kemahasiswaan itu, dan bagaimana predikat mahasiswa menjadi identitas di dalam diri kami yang tentunya bukan untuk dibanggakan, tetapi untuk dipertanggungjawabkan.

Motivasi pertamaku saat mengambil keputusan untuk mengikuti OSKM adalah untuk memperluas network dan mengembangkan soft skill; mengembangkan pola pikir; serta menambah wawasan. Pada akhirnya, ternyata aku merasa OSKM sudah memberiku semua itu. Arti networking yang merupakan salah satu dari potensi mahasiswa itu bukan sekadar menambah teman yang tentunya berbeda-beda jurusan saja, tetapi lebih dari itu, kami pun dituntut untuk mampu mengeksplorasi pemikiran kita tentang potensi-potensi jurusan yang ada dari teman-teman kita tersebut untuk selanjutnya dapat bekerja sama di masa depan menciptakan inovasi-inovasi baru. Soft skill pun tanpa disadari akan semakin terasah dengan kegiatan-kegiatan selama diklat, terutama saat sedang berdiskusi dan brainstorming bersama-sama. Communication skill yang dibarengi etika pun semakin terlatih. Kepercayaan diri dalam berkomunikasi dan bekerja sama dengan banyak orang pun ikut terlatih juga. Tentunya, soft skill apapun menjadi sangat berguna untuk kehidupan kita setiap harinya, terutama untuk ke depannya.

Ternyata, lebih dari itu semua, aku pun mendapat banyak manfaat lain. Sebagai seorang Taplok, aku pun mendapatkan banyak skill Taplok yang sangat berguna untuk kehidupanku. Pertama, kesigapan, kepemimpinan, dan kedisiplinanku semakin terlatih dengan latihan-latihan fisik yang juga membuat bugar. Hal tersebut berkaitan juga dengan manajemen waktu dan efisiensinya. Kedua, pemahamanku tentang kepribadian manusia dan cara menghadapinya semakin matang. Tentu saja aku berharap bisa lebih bijaksana lagi dalam bersikap dan menghadapi semua orang yang sangat berbeda satu sama lainnya, dan lebih bagus lagi kalau seandainya aku bisa menjadi pribadi yang menyenangkan dan disegani banyak orang. Ketiga, kedewasaan yang merupakan esensi dasar dari seorang Taplok pun semakin terasah. Seorang Taplok harus tahu kapan dia harus serius dan kapan harus bercanda. Taplok juga harus pandai dan bijak menghadapi berbagai situasi dan masalah yang menghadang, mengambil keputusan untuk mencari solusi, dan menjalankan solusinya.

Well, setiap apapun kegiatan positif yang kita ikuti, tentunya selalu mendatangkan manfaat kepada kita. Di samping itu, kita pun harus bijaksana memilah-milah yang negatifnya. Be wise J

OSKM ITB 2012 (Part III): Call Me, “Kakak Taplok!”



Well, inilah 5 hari integrasi yang ditunggu-tunggu itu. Bertanggalkan 27-31 Juli 2012, OSKM ITB tahun ini pun berlangsung sesuai rencana. Semua perangkat lapangan dan beberapa perangkat nonlapangan yang bertugas pun turun.



Akulah salah satu Taplok, Jaya Kirana, untuk OSKM tahun ini. Taplok itu biru, dan taplok itu bernama Jaya Kirana untuk angkatan 2012. Biru berarti kedewasaan. Bagaikan air, ia mengalir dengan tenangnya dan tahu ke mana harus mengalir. Ia tahu kapan harus bersikap dewasa, dan ia pun tahu kapan waktunya bercanda. Ia adalah kesatuan perangkat yang akan menjadi orang-orang terdekat bagi maba-mabanya. Itulah arti kebirumudaan sang Taplok. Kami segenap Taplok sungguh mengagungkan nama Jaya Kirana yang memang kami sepakati bersama itu.



***

Hari pertama OSKM ITB 2012…

Sebagai seorang cewek Cimahi yang jauh banget jarak rumahnya dari kampus, aku nekat memutuskan untuk nggak numpang di kosan orang lain. Aku memutuskan untuk PP Cimahi-Bandung selama OSKM ini. Dan konyolnya, aku pun telat di hari pertama. Disuruh kumpul jam 04.00 tepat di Sabuga, aku yang udah sahur dengan terburu-buru langsung naik motor ke kampus jam setengah empat subuh. Daannnn, jeng-jeng… Gila! Inilah first time aku naik motor jam segini dan ternyata DINGIN BANGEEETTTTT. Apalagi, ditambah akunya ngebut banget. Nyampe di kampus, mata perih banget. Oh ternyata, udara subuh tuh selain emang dingin banget, bikin mata perih juga kalo dipake naik motor.

Aku pun telat dateng ke Sabuga-nya dan aku pun kena marah dan kena tugas konsekuensi dari kakak-kakak Tadis (tata tertib disiplin). Haha konyol tapi jadi kenangan tersendiri juga. Selain itu, nggak ada lagi yang berkesan dari hari ini, soalnya hari ini belum ada interaksi langsung antara Taplok dengan maba-maba kelompoknya. Ya, boleh dibilang hari ini Taplok gabut banget, nggak kayak Keamanan (Agnibrata) dan Medik (Sandya Samana) yang harus selalu siap apapun yang terjadi. Yang berkesan dari hari ini, apa lagi ya? Paling waktu pas Taplok nunjukkin barisan ke-Jaya Kirana-annya dan mencontohkan salam ganesha yang benar-benar tegas dan lantang memecah kesunyian pagi hari. Bikin merinding yang denger deh! Selebihnya, Taplok terpaksa gabut karena para maba hari itu akan mengikuti gladi bersih sidang terbuka di dalam Sabuga dan mengikuti seminar-seminar setelahnya.

Oh iya, (numpang narsis bentar yaa, hehe...) inilah aku dengan t-shirt Jaya Kirana-ku...




***

Hari kedua OSKM ITB 2012…

Belajar dari pengalaman mata pedih di hari kemarin, hari ini aku naik motor pake kacamata item punya ibu aku. Jaket pun pake yang lebih tebal. Berhasil, perjalanan pun menjadi nyaman. Hari ini harusnya aku dateng di kampus jam 03.30 tepat untuk mengumpulkan tugas konsekuensi tadi Tadis. Tugasnya itu adalah membuat notulensi eval tadi malam. Karena aku nggak ikut eval dan nggak ngerjain tugas, aku pun cuek nggak ngumpulin tugas dan datengnya jam 04.00 aja. Untunglah hari ini aku tepat waktu dan nggak kena Tadis.

Pagi ini Taplok semangat banget, karena bakal interaksi pertama langsung dengan maba-maba kelompoknya. Oh iya, aku adalah Taplok kelompok 68 bersama Caesar (KL’11) dan Nuzulia (TK’11). Mengangkat panji-panji kuning tanda batalyon 3 tinggi-tinggi membelah angkasa, kemudian berhasil mendapat maba-maba yang sibuk mencari kakak Taploknya, adalah pengalaman unik yang unforgettable. Setelah kumpul semua, kami pun saling berkenalan dan melakukan sedikit ice breaking dan ngobrol-ngobrol ringan untuk memecah kekakuan dan untuk mendongkrak semangat pagi hari. Setelah itu, usai baris per fakultas, para maba pun dimobilisasi ke dalam Sabuga untuk menjalani sidang terbuka. Para Taplok pun memberi semangat sambil ber-panji wave ria untuk menghebohkan suasana. Asyik banget deh! Tapi bete, setelah itu para Taplok gabut nungguin maba-mabanya selesai sidang. Tapi demi maba, apa sih yang enggak? :3

Nah, ini dia yang juga termasuk unforgettable dari profesi ke-Taplok-an, “Siap tidur di mana saja dan kapan saja…” Hehe, jadi kita tuh setiap kali nungguin maba yang harus ikut sidang, sosialisasi, atau seminar tertentu, pasti langsung cari tempat buat tiduran karena masih ngantuk akibat bangun terlalu pagi. Apalagi, OSKM kan selama puasa Ramadhan juga. Kebayang kan, gimana capeknya? Cerita tentang kegiatan tidur sembarangan ini menjadi begitu mengesankan. Tidur di deket pintu masuk Sabuga, selasar-selasar pinggiran Sabuga, ruang terbuka di lantai 2 Sabuga, di manapun itu kita bisa tidur sembarangan dan cuek banget, berjajar kayak ikan asin dijemur, dan nggak peduli walaupun itu di atas ubin. Pokoknya, “Ada kesempatan = tidur!” Sebagian besar sih ya gitu, pada tidur, hehe…


***

Hari ketiga OSKM ITB 2012…

Hari ini asyik bangetttt J Ini adalah hari Minggu, dan kegiatan OSKM diserahkan kepada kakak-kakak Taplok yang bertempat di markas masing-masing kelompok. Kelompok 68 bermarkas di Asrama Putra ITB Kidang Pananjung (Asrama KP). Hari ini kegiatannya adalah ngasih materi, ngasih tugas, nemenin maba-maba ngerjain semua tugas, observasi ke lingkungan sekitar, sharing, dan kebanyakan main. Boleh dibilang, ini adalah hari di mana kelompok 68 menjadi sangat akrab satu sama lain. Kita semua asyik banget ketawa-ketawa bareng di setiap kesempatan. Bahkan, ngerjain tugas dan buka puasa bareng pun nggak lepas dari canda dan tawa. Tapi mirisnya, kebanyakan bahan tertawaannya itu adalah tingkah-polah salah satu maba aku yang memang… errrrr… bisa dibilang out of the box gitu deehhh… hehee…

Pokoknya hari ini berkesan banget deh, dari pagi sampe Maghrib, walaupun capek tapi seru!

***

Hari keempat OSKM ITB 2012…

Yang berkesan dari hari ini adalah waktu pas pagi-pagi di lapangan Saraga, barisan Taplok memperlihatkan yel-yel Taplok, lalu setelah itu maba-maba dikasih tantangan bikin formasi bertuliskan 'ITB' seangkatan. Daannnn, beginilah hasilnya! Keren banget nggak sihhhh...



Yang mengecewakan dari hari ini, buat aku sebagai seorang Taplok Materi, adalah pada saat pemberian materi tentang budaya kampus yang ternyata materinya itu disampaikan oleh staff-nya Mamet (Materi dan Metode). Kecewa sih, soalnya kayaknya dibandingin si Mametnya itu, aku lebih bagus deh ngasih materinya (haha pede bangetttt…!), dan selain itu, lebih kepada si materi budaya kampusnya itu yang emang materi favorit aku, yang pengen aku sampein sendiri. Kalau emang mau disampein sama Mamet, terus buat apa ada Taplok? Buat apa coba Taplok udah didiklat sebulan lebih lamanya? Errrr… Tapi yaaa, ya udahlah yaa, haha…

***

Hari kelima OSKM ITB 2012…

Hari ini adalah hari terakhir OSKM ITB 2012 yang secara seremonial ditutup dengan prosesi closing yang keren bangetttt!!!

Pagi harinya aku kena sial gara-gara dapet panggilan Tadis, Satria Wibawa, akibat nggak ngumpulin tugas konsekuensi yang waktu kesiangan di hari pertama OSKM. Alhasil, subuh-subuh udah kena marah aja, dan t-shirt Jaya Kirana pun ditahan sama kakak Tadis, dan aku harus ngerjain tugas konsekuensi lainnya sebelum jam 7 pagi kalau bajunya mau dibalikin. Ya udah deh, aku pun ngerjain tugas bareng-bareng sama anak-anak Taplok, Medik, dan Keamanan lainnya yang juga senasib. Hahaa ternyata yang nggak ngerjain tugas waktu itu banyak banget yaa… Fiuhh... capek juga sih nulis teklap hari ini yang dijadiin tugas konsekuensi. Tapi nggak apa-apa deh, demi bajunya dibalikin dan demi bisa turun lagi ke lapangan. Akhirnya, tugas konsekuensi pun berhasil dikerjakan :3

Pagi-paginya, para maba dimobilisasi untuk pengenalan fakultas masing-masing. Taplok lumayan gabut sih, tapi masa-masa gabut itu selalu menyenangkan karena bisa main-main bareng Taplok lainnya, bobo-bobo cantik, atau eval. Siang harinya, seperti biasa Taplok ngasih materi, tugas, game, dan ice breaking. Dan semua itu sifatnya bener-bener dibikin bukan untuk formalitas, tetapi lebih kepada sharing dan kekeluargaan. Maksudnya, selain pendekatan personal yang diberikan, sebagai Taplok Materi, aku selalu berusaha membuat setiap materi menjadi sesuatu yang asyik buat diobrolin dan didiskusiin bareng-bareng. Dengan cara itu, bukan cuma materi aja yang tersampaikan, tapi juga pesan moral dan nilai-nilai kebaikan yang harus dipertanggungjawabkan secara dewasa atas nama status kemahasiswaan pun jadi bermakna. That’s the point! Taplok Materi sangat terharu di saat maba-mabanya ngerti sama esensi dari setiap materi yang diberikan.

Setelah itu, menjelang Ashar para maba asyik membahas semua materi yang telah diberikan untuk bersiap-siap ketemu massa kampus pada sore harinya. Di sela-sela diskusi, aku memperhatikan lucunya wajah mereka yang tegang banget gara-gara takut ketemu massa kampus. Akhirnya, dengan rute yang berawal dari Saraga melalui jalan yang tembus ke utara kampus, event menegangkan itu pun dimulai. Semua maba kaget melihat warna-warni jaket unit dan himpunan yang dipakai oleh massa kampus. Ditambah lagi, massa kampus yang padat menghalangi jalan sambil berteriak-teriak membuat mereka semakin ketakutan. Tulisan-tulisan seperti, “Selamat datang putra-putri terberuntung bangsa…” ; “Kalian beruntung bisa sekolah, sementara jutaan rakyat di luar sana kelaparan…” ; dll mewarnai suasana kampus di sana-sini, ditulis pakai efek-efek darah di atas kain putih, mendukung suasana mobilisasi yang berakhir di lapangan basket dan lapangan cinta untuk sama-sama dengerin orasi danlap.





Singkat cerita, sekitar jam 5 sore prosesi acara closing pun dimulai. Bertempatkan di Saraga, para Taplok bersiap-siap nyiapin lentera-lentera yang bakal diterbangin di akhir acara, sementara para maba lagi tegang banget di bawah tekanan dan backsound yang menyeramkan saat barisan mereka dikelilingi oleh massa kampus dan mereka pun ditanya segala macam. Setelah itu, ada orasi danlap, penutupan, nyanyi-nyayi, dll, yang akhirnya dari belakang… jeng-jeng… lentera yang diterbangkan kakak-kakak Taplok pun menguning di kebiruan lagit Maghrib, seolah menjadi kawanan kunang-kunang yang menerangi hangatnya suasana malam itu. Para maba pun kagum dibuatnya. Well, this is the extraordinary amazing-closing with flying lantern…




Setelah closing, Taplok dan maba-mabanya buka puasa bareng di lapangan SR. Well, inilah lingkaran kebersamaan terakhir aku bareng maba-mabaku tercinta. Forum saling minta maaf dan kesan-kesan terakhir pun meramaikan suasana.

***

OSKM ITB 2012 berakhir. Inilah cuplikan beberapa tweet yang kutulis di akun Twitter-ku…

“Saat lo jadi taplok, lo adalah seorang pembicara. Lo bisa nurunin nilai-nilai kemahasiswaan dan kebangsaan sama maba-maba lo. Lebih dari itu, saat lo jadi taplok, lo bisa mengubah mindset dan membentuk karakter maba-maba lo, dan lo pun akan dihargai oleh mereka.”
“Parameter berhasil nggaknya taplok itu dilihat dari jumlah maba yang dateng dari hari ke hari, dan gue terharu karena mereka kehadirannya 100% terus :’) “
 “Terharu pas ada maba yang bilang, ‘Kak, kok OSKM-nya udahan sih?’” 

Yeah, diklat terpusat, diklat divisi, sampai akhirnya resmi jadi Jaya Kirana dan turun langsung jadi perangkat lapangan selama 5 hari OSKM ITB 2012 itu unforgettable banget!

Semuanya adalah kenangan. Masa hibernasi pun dimulai. Bobo-bobo cantik pun dengan senang hati dilaksanakan. Nggak ada lagi yang namanya naik motor jam setengah empat Subuh dari Cimahi ke kampus.

OSKM ITB 2012 (Part II): Diklat Divisi Calon-Taplok



Perjuangan pun berlanjut. Diklat divisi buat anak-anak calon panitia lapangan harus dilalui sekitar lima minggu lamanya. Yeah, statusku sekarang adalah calon taplok (caplok). Diklat caplok lumayan asyik juga sih, tapi menjenuhkan kalau dibandingin sama diklat terpusat. Aku tergabung di kelompok 10-Lorong Waktu. Hahaha, Lorong Waktu tuh nama sinetron religi jadul gitu, jadi total 20 kelompok diklat caplok tuh memang nama kelompoknya bertemakan judul film jadul (Dendam Nyi Pelet, Angling Dharma, Tuyul dan Mbak Yul, Pernikahan Dini, dll…) yang ditentuin sama para pendiklat. Anak-anak kelompok aku asyik-asyik dan gokil-gokil juga! Kalau diklatnya ngapain aja, nggak jauh beda sih sama diklat terpusat, cuma paling materinya itu lebih fokus ke skill taplok. Yang berkesan dan unforgettable dari diklat divisi tuh banyak banget. Aku nggak akan pernah lupa gimana sibuknya kita pas lagi sering-seringnya ada panggilan diklat malam, lari-lari jam 12 malam keliling kampus, tes kuorum yang nyaris selalu gagal dan akhirnya selalu ada tugas konsekuensi, pas harus kumpul di lapangan radar jam 5 subuh (kuorum) buat nyelametin PJ kuorum yang dikeluarin dari caplok gara-gara nggak pernah kuorum, dan banyak lagi deh pokoknya, sampai akhirnya sibuk simulasi-simulasi pas mendekati hari H.

Oh iya, ini nih salah satu tugas konsekuensinya: foto angkatan caplok OSKM ITB 2012...



Dan yang berkesan lainnya yang aku jadiin satu paragraf khusus adalah pengalaman saat makrab caplok. Makrab ini tuh sebenernya salah satu tugas konsekuensi buat satu angkatan. Di sinilah “The power of ‘kepepet’” sangat terasa. Kepanitiaan dsb-nya pun disiapkan dengan serba cepat. Aku bergabung di divisi acara. Di divisi tersebut aku mengajukan diri menjadi PJ Hadiah. Singkat cerita, berlokasi di lapangan SR, malam keakraban yang ditunggu-tunggu itu pun tiba juga. Judul dari makrabnya adalah Cabe Pedazzz: Caplok Bersama Pendiklat Azzzzeekk…!



Daaann… jeng-jeng… semua caplok dan pendiklat caplok pun dibuat terpana oleh malam itu. Kesan persiapan yang serba kepepet itu pun seolah tak pernah ada. Setelah puas main game bareng asyik-asyikan di sore harinya, begitu malam menjelang, semua peserta makrab pun berganti kostum. Kostum setiap kelompok adalah kostum dengan tema yang sesuai dengan nama kelompoknya yang berarti judul film. Karena kelompok aku filmnya garing, Lorong Waktu, ya udah deh sebagian besar cuma pake baju muslim gitu doang. Bayangin aja gimana hebohnya kostum kelompok lain yang film-filmnya tuh kayak Bidadari, Montir-montir Cantik, Saras 008, Misteri Gunung Merapi, dll… wahhh heboh banget! Apalagi suasana didukung dengan hitam-pekatnya lapangan SR di kegelapan malam yang dipermanis lampion-lampion buatan bercahaya kuning yang tersebar di sudut-sudut elegan tertentu. Bulatan-bulatan cahaya lampu senter pun terpancar di sana-sini, sibuk menyoroti kostum dan dandanan para peserta yang tiada habisnya membuat siapapun terhibur. Kami pun makan malam bersama. Setelah itu, rangkaian acara yang keren-keren pun dimulai. Sampai pada akhirnya, tibalah waktunya Fashion Show dari tiap-tiap empat orang perwakilan kelompok. Acaranya heboh banget! Mereka berlenggak-lenggok di atas red carpet yang seolah menjadi catwalk betulan malam itu. Musik sesuai soundtrack film pun menggema selama Fashion Show. Akhirnya, best costume pun jatuh kepada Mak Lampir dan Saras 008. Setelah photo booth masing-masing kelompok, acara pun berakhir sekitar tengah malam. Inilah photo booth aku bareng temen-temen kelompok Lorong Waktu J



Selain semua yang berkesan itu, aku pun harus merelakan banyak event yang juga berkesan. Dua event penting yang terpaksa banget aku nggak ikut adalah forbas dan pelantikan panitia lapangan. Sungguh sayang sekali, Saudara-saudara! Dua event tersebut bisa dikatakan sebagai klimaksnya dari serangkaian diklat ini, dan karena suatu hal aku terpaksa tidak bisa mengikutinya. Ya sudah lah, walaupun tidak ikut pelantikan dan tidak mendapat slayer (sedih bangeetttttt…!), secara otomatis aku pun terlantik secara tidak langsung. Kini, aku bukan lagi caplok, tetapi taplok J

OSKM ITB 2012 (Part I): Diklat Terpusat


Orientasi Studi Keluarga Mahasiswa (OSKM) adalah acara tahunan yang dipersembahkan ITB untuk mengorientasi mahasiswa baru. OSKM tersebut merupakan event besar yang menguras waktu dan tenaga panitianya dari sejak persiapan sampai hari H. Ceritanya, aku yang baru menyelesaikan semester keduaku pun iseng ikutan diklat buat jadi panitia OSKM. Lumayan lah, buat mengisi liburan yang panjang banget, siapa tahu bakal dapet banyak pengalaman baru yang berkesan.




Perjuangan dimulai dari minggu-minggu pertama bulan Juni. Saat itu, semua peserta diklat pun mengikuti diklat terpusat. Di diklat ini materi kepanitiaan dan kemahasiswaannya diberikan secara umum. Semuanya buat aku sih asyik, dari mulai lingkar wacana dan diskusi bareng-bareng buat setiap materi, talkshow bareng orang-orang penting (presiden KM ITB dan universitas lain, mantan-mantan presiden KM ITB, dll…), olahraga dan lari pagi, orasi danlap, ngerjain tugas-tugas kelompok (wawancara dengan Pak RW, pengabdian masyarakat bikin lubang biopori di suatu kawasan, foto kelompok, makalah, dll banyak banget deh…), ngerjain tugas-tugas individu (resume harian, artikel, dll…), matrikulasi materi, dan sampai akhirnya ikutan tes akhir untuk menentukan masuk divisi mana. Oh iya, kelompok diklat terpusat aku adalah kelompok 96-Pulau Mapia. Anak-anaknya gokil-gokil dan asyik gitu deh… mau nggak mau kita sering banget ketawa-ketawa bareng karena cowok-cowoknya suka bertingkah konyol dan alay-alay, hahahaaa…!!!

Diklat terpusat yang berujung pada tes akhir pun memakan waktu sekitar tiga minggu. Puncaknya adalah diklat malam yang ternyata merupakan malam pengumuman divisi. Mereka yang jadi panitia lapangan berkumpul di lapangan basket, sedangkan yang nonlapangan di selasar GKU Timur. Malam itu cukup berkesan juga! Aku yang mau jadi panitia lapangan pun menikmati suasana malam dengan berbaris bersama di lapangan basket yang gelap banget, sambil tutup mata lama banget, dan sambil diiringi lagu-lagu perjuangan. Yaa dapet lah suasananya, merinding-merinding gitu! Selama kita semua tutup mata, kakak-kakak pendiklat ngasihin pita gitu ke tangan peserta. Lalu tibalah saat untuk membuka mata. Dan… jengjeng… aku dapet pita warna biru muda J Acara pun langsung disusul dengan orasi tiga orang danlap yang masing-masing mewakili satu divisi lapangan, yaitu Tata Tertib Kelompok alias Taplok (pita biru muda), Keamanan (pita merah), dan Medik (pita putih). Yeayyy senangnya masuk divisi yang diinginkan!