Thursday 27 December 2012

Antara Si Mahasiswa SO dan Si Mahasiswa OO



Dulu, aku pernah sebel sama segala sesuatu yang berhubungan dengan ke-SO-an mahasiswa. Pokoknya, sebel banget deh sama mahasiswa yang Study Oriented banget. Di dalam pikiranku saat itu, mereka adalah orang-orang yang kerjaannya hanya memikirkan diri sendiri, apatis terhadap lingkungan sekitar dan realita yang ada di bangsanya, sombong, tempat nongkrongnya di lab doang, yang dikejarnya cuma IP dan status mahasiswa berprestasi, bisanya cuma mempelajari sesuatu tapi nggak bisa berorganisasi, atau mungkin juga mereka itu memang orangnya aneh-aneh. Kurang lebih seperti itulah pemikiranku dulu tentang mereka. Waktu itu aku berpikir, buat apa kuliah kalau cuma dapet belajar doang? Yang ada malah nanti bisanya jadi bawahan doang kalau gitu! Coba kalau pandai berorganisasi, pasti kan nanti berbakat tuh jadi atasan dan memimpin perusahaan!

Mungkin sekilas memang ada benernya juga, tapi setelah dipikir-pikir, ternyata nggak gitu juga…

***

Sekarang pertanyaannya satu doang dan simple, “Passion kamu ke mana? Lebih ke manajerisasi atau akademisi?” Sip. Sudah, tinggal jawab satu pertanyaan itu saja, dan kamu pun akan tahu mana yang lebih sesuai untuk masa depanmu, apakah itu Study Oriented ataupun Organization Oriented. Semuanya terserah padamu, wahai mahasiswa yang merdeka!

Di paragraf ini, izinkan aku sebagai penulis ikut menjawab pertanyaan di atas. Maaf kalau sebelumnya terkesan subjektif, aku yang menulis di sini hanya ingin berbagi tentang passion-ku, tanpa sama sekali merendahkan opsi yang satunya. Kalau aku pribadi, aku lebih menggemari pengorganisasian dan kemanajerialannya daripada  ke akademiknya. Kegemaran tersebut didukung oleh sifat dasarku yang melankolis-sanguinis, yang di samping aku senang merencanakan, mengatur, dan me-manage, aku pun gemar bersiasat dan berstrategi untuk berjaga-jaga menghadapi situasi lapangan yang dinamis. Kalau memang aku lebih bisa sukses dalam kemanajerialan, why not? Daripada menjadi akademisi, terjun di bidang manajerial buat aku asyik banget dan lebih besar peluangnya untuk menjadi kaya, atau mungkin sangat kaya, hahaha Aamiiiinnnn…!

Secara garis besar, perbedaan dari akademisi dan manajerial itu terletak pada goal akhir, ingin menjadi apa dia pada akhirnya. Mahasiswa yang Study Oriented adalah mereka-mereka yang memang bukan sekadar ingin mempelajari suatu disiplin ilmu, tetapi menguasai disiplin ilmu tersebut. Mereka biasanya memang menginginkan kuliah sampai professor, menjadi dosen, menjadi ilmuwan, menjadi peraih nobel, menciptakan rumus-rumus baru, dan mimpi-mimpi lainnya yang berhubungan dengan kemurnian akademis. Berbeda halnya dengan mereka yang final goal-nya di bidang manajerial. Mereka mungkin adalah mahasiswa-mahasiswa ilmu atau teknik tertentu, tetapi mereka memang tidak berniat untuk menggelutinya secara dalam. Kita ambil contoh, misal mereka adalah mahasiswa teknik. Mereka mungkin memilih teknik tersebut sebagai modal dasar pengetahuan dan pola pikir mereka tentang apa dan bagaimana teknologi tersebut, bagaimana caranya agar menciptakan sesuatu yang baru namun ramah lingkungan, bagaimana perhitungan rugi-labanya bila dikaitkan dengan jumlah pekerja dan waktu produksi, dsb. Mereka senang memikirkan semua itu, dan kebanyakan dari mereka biasanya memang memiliki tujuan untuk menjadi pengusaha atau setidaknya CEO, manajer, konsultan, dll. Makanya, selain kuliah mereka pun sangat aktif dan senang berorganisasi. Atau mungkin, mereka itu sejak zaman SMP-SMA-nya sudah jadi manusia Organization Oriented!

***

Yang ngaku OO jangan menjelek-jelekkan yang SO dan begitu pula sebaliknya. Aku pun jadi sadar kenapa aku nggak boleh berpikiran buruk tentang mahasiswa SO. Begini, ayo kita kembali lagi ke quote klasik, “Perbedaan diciptakan untuk saling melengkapi…” Dari quote tersebut, kugali kajianku tentang potensi perbedaan si SO dan si OO. Lalu hidayah pun datang ke dalam pikiranku. Aku berpikir, “Lho, ternyata kita memang sangat membutuhkan si mahasiswa-mahasiswa SO tersebut. Kalau nggak ada mereka, nggak ada yang namanya rumus, nggak ada yang namanya alat-alat canggih yang mereka ciptakan untuk kemajuan teknologi, nggak ada yang mau mengabdi jadi dosen, dll deh… Dan kalau di Indonesia nggak ada yang maniak di akademisi, gimana Indonesia mau maju? Siapa orang Indonesia yang mau menggeluti satu disiplin ilmu tertentu sampai ke akar-akarnya sampai dia jadi penemu sesuatu yang amazing?”

Nah, itu dia. Mereka yang akademisi memaksimalkan otaknya untuk berpikir, dan mereka yang manajerisasi pun demikian, hanya yang dipikirkannya itu berbeda. Keduanya sama-sama baik dan harus saling bekerja sama.

Poin penting lainnya, jangan sampai mereka yang memang nggak bakat dan nggak minat di akademisi maksain buat jadi akademisi, dan sebaliknya, mereka yang memang nggak minat dan nggak bakat di manajerial, buat apa maksain di bidang itu, lebih baik SO saja dan menyumbangkan kehormatan prestasi keilmuan tertinggi untuk bangsa ini! Kalahkan prestasi Pak Habibie dan cetaklah Habibie-Habibie baru di atas tanah republik ini! Why not?

No comments:

Post a Comment