Thursday 27 December 2012

Pengaruh Kadar Sosialisasi terhadap Tingkat Stress Seseorang



Jadwal kuliah lagi padat-padatnya. Ujian Tengah Semester atau Akhir Semester pun tinggal menghitung hari. Parahnya, bapak-ibu dosen bukannya menyetop tugas, tetapi malah lebih sadis memberikannya. Mungkin akal-akalan buat nilai tambahan kali ya, biar nggak usah diremed (hahahaa diremed? emangnya SMA!). Belum lagi, di tengah hectic-nya suasanya, sang makhluk bernama praktikum pun tetap jalan dan sang jurnal pun tetap minta dikerjakan. Akhirnya, para mahasiswa pun mengutuk apa saja yang terlintas di pikirannya, “Ah cape…” ; “Aduh bete…” ; “Please deh stress bangetttttt…” ; “Aaaaaaaaa…” ; dan lain-lain deh pokoknya. Tapi ujung-ujungnya, selesai jugalah si semester itu dengan penuh perjuangan dan bela-belain belajar bareng teman-teman.

Tak lama kemudian, IP keluar. Yang IP-nya bagus hatinya berbunga-bunga, dan yang IP-nya jelek pun langsung move on memaksakan bahagia karena tidak mau bersedih buang-buang waktu liburan (hahahaaa ini nulis artikel atau empiris, sih?). Akhirnya, liburan yang amat dipuja dan ditunggu-tunggu itu datang juga!

***

Katanya sih liburan. Harusnya sih liburan itu bahagia. Tapi kok ini malah terkapar tak berdaya di tempat tidur? Please deh, makanya kalau udah tahu single, jangan coba-coba menghabiskan waktu liburan dengan berdiam diri di kamar, karena nanti malah terbuang sia-sia liburannya. Kecuali, kalau Kau memang orangnya disiplin, bisa jaga komitmen, dan selalu siap action menjalankan semua proyek liburan produktifmu walau sendirian dan walau di kamar sekalipun.

Namun, tetap saja sebenarnya berdua itu lebih baik daripada sendiri. Bertiga pun lebih baik daripada berdua. Demikianlah seterusnya… Yang ingin ditekankan di sini adalah, pada dasarnya ada waktu-waktu tertentu yang memang kita butuh  untuk sendirian, namun di sisi lain, banyak pula waktu sendirian tersebut yang tidak tepat guna, yang seharusnya lebih efektif bila bersama-sama.

Aku nggak ngerti sama orang yang suka nggak ada kerjaan pas lagi liburan, terus orang itu malah diam di rumah. Masih bagus kalau di rumahnya main bareng adik, bantuin ibunya ngurus rumah, atau bantuin bapaknya. Ini malah kerjaannya di kamar melulu. Main game lah, main HP, tiduran nggak jelas, atau keluar kamar pun paling cuma ngambil makan. Aku yakin dalam keadaan kayak gitu, sebahagia apapun orang itu pasti sebenarnya jenuh dan stress juga.

Aku pernah baca sesuatu, katanya, “Semakin lama seseorang berada di dalam kesendirian, maka semakin tinggi pulalah tingkat stress yang melandanya.” Kalau dipikir-pikir memang bener sih. Kalau aku pribadi, setiap liburan pasti ujung-ujungnya sibuk juga, selalu aja ada yang harus dikerjain. Ya bagus deh daripada nggak jelas gitu. Nah, tapi, walaupun misalnya produktif pun, di saat proyek yang dikerjakannya itu dikerjakan sendiri dan waktunya lama, hati ini pun menjadi kesepian (hehee…). Beda kalau misalnya proyek liburannya itu acara kampus yang melibatkan orang banyak yang akhirnya tanpa disadari sosialisasi pun secara natural akan berlangsung. Biasanya, tingkat stress pun akan menurun. Yeayyyy… ini baru namanya liburan! Sendirian saja bisa produktif, apalagi dengan orang-orang! Liburan memang harus produktif, tetapi lebih dari itu, liburan harus membahagiakan. Makanya suka heran sama yang betah jadi anak kamar selama liburan. Kalau liburannya tiga bulan, berarti anti-sosial selama tiga bulan juga dong? Gila stress banget tuh…

Event liburan tadi adalah satu contoh saja, contoh lainnya pasti banyak banget. Di saat di rumah ditinggal sendirian sementara di luar sedang hujan bercampur petir, listrik padam, udah mau nangis aja, kemudian ayah dan ibu pun pulang, tingkat stress pun berubah menjadi kehangatan keluarga. Di saat kuliah begitu padat dan tiba-tiba ada teman lama yang mengajak hang out dan ketawa-ketawa sebentar, tingkat stress pun turun drastis dan menyalakan api semangat baru. Di saat besok ada ujian Kalkulus dan ternyata si dia nyemangatin kita, tingkat stress pun menjelma menjadi bola-bola cinta. Hehehe… beda kan, orang yang bahagia dan nggak bahagia? Mau sendirian? It’s okay… setiap orang tentu butuh saat-saat untuk menyendiri, tapi kalau sendiriannya lama-lama, nggak yakin bisa bahagia.


No comments:

Post a Comment